Tugas individu
Mata
Pelajaran Fisika
Cahaya,Lensa,
dan Cermin
(Ditujukan
untuk perbaikan nilai mata pelajaran fisika tentang cahaya, lensa dan cermin)
Disusun
oleh : Nopanda tri patra
Kelas
: VIII/ A
Guru
Pembimbing :
SMP NEGERI 1 CURUP TENGAH
Jalan S. Sukowati, curup tengah
2011/2012
CAHAYA
pengertian
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika,
- cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombang
kasat mata maupun yang tidak.
- Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan
sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang
disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting
pada fisika modern.
Studi
mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fase cahaya. Sifat-sifat cahaya dan
interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik
ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics)
dan optika fisis (en:physical optics).
Pada
puncak optika klasik, cahaya
didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan
dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katode, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit,
teori
kuantum sebagai
model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang teradiasi dan terserap dapat
terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen
energi, E.
Pada
tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan
oleh Louis de Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga
tercetus teori dualitas partikel-gelombang.
Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang
sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori
kuantum mekanik
yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.
Era
ini kemudian disebut era optika
modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi
pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960. Era optika modern
tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.
Laju cahaya
1
|
laju cahaya
(c)
|
107.925.284.880,00
|
sentimeter per
jam (cm/h)
|
29.979.245.800,00
|
sentimeter per
menit (cm/s)
|
1.798.754.748,00
|
sentimeter per
detik (cm/m)
|
3.540.855.803.149,61
|
kaki per jam
(foot/h)
|
59.014.263.385,83
|
kaki per menit
(foot/m)
|
983.571.056,43
|
kaki per detik
(foot/s)
|
1.079.252.848.800,00
|
meter per jam
(m/h)
|
17.987.547.480,00
|
meter per menit
(m/m)
|
299.792.458,00
|
meter
per detik (m/s)
|
1.079.252.848,80
|
kilometer per jam
(km/h)
|
17.987.547,48
|
kilometer per
menit (km/m)
|
299.792,46
|
kilometer per
detik (km/s)
|
582.749.918,36
|
knot
(knot)
|
904.460,44
|
mach (laut)
(mach (laut))
|
1.016.085,80
|
mach (SI)
(mach (SI))
|
670.616.629,38
|
mil
per jam (mil/h)
|
11.176.943,82
|
mil per menit
(mil/m)
|
186.282,39
|
mil per detik
(mil/s)
|
1.180.285.267.716,53
|
yard per jam
(yard/h)
|
19.671.421,13
|
yard per menit
(yard/m)
|
327.857.018,81
|
yard per detik
(yard/s)
|
Laju
cahaya dalam beberapa unit satuan
|
|
299,792,458 (exact)
|
|
˜ 300,000
|
|
˜ 1,079,000,000
|
|
˜ 186,000
|
|
˜ 671,000,000
|
|
1 (exact and dimensionless)
|
|
Perkiraan
lama waktu yang diperlukan dari jarak tempuh cahaya:
|
|
3.3 nanodetik
|
|
5.4 mikrodetik
|
|
0.12 detik
|
|
0.13 detik
|
|
1.3 detik
|
|
8.3 menit
|
|
4.4 tahun
|
|
100,000 tahun
|
Hukum Snellius
adalah rumus matematika yang meberikan
hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya
yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan
gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda Willebrord
Snellius, yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga
dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan.
Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah
sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan, yang tergantung pada medium. Perumusan
lain yang ekivalen adalah nisbah sudut datang dan sudut bias sama dengan nisbah
kecepatan
cahaya pada kedua medium, yang sama
dengan kebalikan nisbah indeks bias.
Perumusan matematis hukum Snellius
adalah
atau
atau
Lambang
merujuk pada sudut datang dan sudut bias,
dan
pada kecepatan cahaya sinar datang dan sinar bias. Lambang
merujuk pada indeks bias medium yang dilalui sinar
datang, sedangkan
adalah indeks bias medium yang dilalui sinar bias.
Hukum Snellius dapat digunakan untuk
menghitung sudut datang atau sudut bias, dan dalam eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu bahan.
Pada tahun 1637, René Descartes secara
terpisah menggunakan argumen heuristik kekekalan
momentum dalam bentuk sinus dalam tulisannya Discourse on Method untuk
menjelaskan hukum ini. Cahaya dikatakan
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang lebih
padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul
akibat terusiknya plenum, substansi kontinu yang membentuk alam semesta. Dalam bahasa Perancis, hukum Snellius disebut la loi de
Descartes atau loi de Snell-Descartes.
Sebelumnya, antara tahun 100 hingga 170
Ptolemeus dari Thebaid menemukan hubungan empiris sudut bias
yang hanya akurat pada sudut kecil. Konsep hukum Snellius pertama kali dijelaskan secara matematis dengan
akurat pada tahun 984 oleh Ibn Sahl dari Baghdad dalam
manuskripnya On Burning Mirrors and Lenses. Dengan konsep tersebut Ibn Sahl mampu membuat lensa yang dapat
memfokuskan cahaya tanpa aberasi geometri yang dikenal sebagai kanta asperik.
Manuskrip Ibn Sahl ditemukan oleh Thomas Harriot pada tahun 1602, tetapi tidak
dipublikasikan walaupun ia bekerja dengan Johannes Keppler pada bidang ini.
Pada tahun 1678, dalam Traité de la
Lumiere, Christiaan Huygens menjelaskan hukum Snellius dari penurunan prinsip Huygens tentang sifat
cahaya sebagai gelombang. Hukum Snellius dikatakan, berlaku
hanya pada medium isotropik atau
"teratur" pada kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal,
sehingga bersifat reversibel. Hukum
Snellius dijabarkan kembali dalam rasio sebagai berikut:
Persamaan Fresnel
adalah deduksi matematis oleh Augustin
Jean Fresnel
hasil pengamatan perilaku gelombang
cahaya ketika
merambat antara medium yang mempunyai indeks bias yang berbeda. Persamaan Fresnel berlaku hanya pada indeks bias yang bernilai real, yaitu pada medium yang tidak menyerap gelombang
cahaya. Indeks bias dapat mempunyai nilai imajiner dan bernilai kompleks,
seperti pada medium logam atau semikonduktor yang menyerap gelombang
cahaya.
Persamaan ini juga berlaku hanya pada medium yang bersifat non magnetik dengan
asumsi tidak terjadi interferensi.
Saat
gelombang
cahaya merambat
dari medium dengan indeks bias n1 ke medium dengan indeks bias n2, Fresnel berpendapat bahwa gelombang
cahaya mengalami
refleksi dan refraksi bersamaan. Pendapat ini berbeda dengan hukum Snellius yang menjelaskan bahwa partikel cahaya hanya membias pada kondisi yang sama.
Intensitas fraksi gelombang
cahaya yang
mengalami refleksi dari antarmuka ditentukan oleh reflektansi R dan fraksi gelombang
cahaya yang
mengalami refraksi ditentukan oleh transmitansi T.[1]
Perhitungan
R bergantung pada polarisasi sinar insiden, disebut Refleksi Fresnel. Jika gelombang cahaya dipolarisasi oleh medan listrik yang tegak lurus bidang diagram (polarisasi-s), koefisien
refleksi persamaan
Fresnel menjadi:
dimana ?t
dapat diturunkan dari ?i dengan hukum Snellius dan disederhanakan menggunakan identitas trigonometrik. Koefisien
refleksi untuk
polarisasi medan listrik pada bidang diagram (polarisasi-p)
menjadi:
Koefisien
transmisi untuk
tiap-tiap bidang polarisasi dapat dihitung dengan aritmatika: Ts = 1 − Rs
dan Tp = 1 − Rp.[2]
Jika
sinar insiden tidak terpolarisasi (mempunyai nilai polarisasi-s dan -p), koefisien
refleksi menjadi R =
(Rs + Rp)/2.
Pada
sudut insiden tertentu, Rp bernilai nol. Hal ini menandakan refleksi keseluruhan dari gelombang
cahaya pada
bidang p. Sudut ini dikenal sebagai sudut
Brewster, sekitar
56° untuk medium kaca dan udara.
Ketika
gelombang
cahaya merambat
ke medium yang lebih renggang, n1 > n2,
pada sudut insiden di atas sudut kritis semua gelombang
cahaya mengalami
refleksi dan Rs = Rp = 1.
Fenomena ini disebut total internal reflection. Sudut kritis untuk kaca dan udara sekitar 41°.
Koefisien refleksi dan koefisien transmisi pada sudut insiden mendekati normal antarmuka (θi ≈ θt ≈ 0) dapat dihitung dengan persamaan:
Prinsip Fermat
atau principle of least time
adalah sebuah prinsip yang mendefinisikan jarak tempuh yang terpendek dan
tercepat yang dilalui oleh cahaya. Prinsip ini kadang-kadang digunakan sebagai
definisi sinar,
sebagai cahaya
yang merambat sesuai prinsip Fermat.
Prinsip ini merupakan
penyederhanaan yang dilakukan oleh Pierre
de Fermat pada tahun 1667 dari konsep-konsep serupa sebelumnya dari
berbagai macam percobaan refleksi cahaya. Pada
pengembangan teori-teori cahaya, prinsip Fermat selalu ditilik ulang dan
disempurnakan.
Pada hukum
Snellius, dijelaskan rasio yang terjadi akibat prinsip ini sebagai:
walaupun terdapat keraguan
metode yang digunakan Willebrord Snellius pada tahun
1621 untuk menentukan nisbah kecepatan
cahaya mengingat bahwa cahaya baru dipastikan mempunyai kecepatan yang
konstan pada tahun 1676 oleh Ole Christensen Rømer.
Dan Isaac
Newton baru pada tahun 1675 menyatakan bahwa partikel cahaya
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang
lebih padat, akibat gaya gravitasi, walaupun teori
ini kemudian dibuktikan adalah keliru.
Isaac
Newton dengan persamaan gaya yang sangat terkenal:
yang mendefinisikan massa
sebagai kelembaman benda terhadap perubahan kecepatan, dapat menjabarkan hukum
Snellius sebagai teori partikel
cahaya:
karena analogi indeks
bias dengan massa dan percepatan dengan perubahan sudut sinar bias
terhadap perubahan sudut sinar insiden. Dan mendefinisikan prinsip Fermat
sebagai prinsip kekekalan gaya dengan sinar cahaya
sebagai gaya yang memicu kecepatan massa pada jarak tempuhnya.
sehingga:
Dan dengan penurunan persamaan
ini, banyak yang menyangsikan bahwa Isaac
Newton mengatakan kecepatan cahaya pada medium yang
lebih padat menjadi lebih cepat.
Prinsip Fermat disebut
sebagai konsekuensi extremum principle of wave mechanics dari teori gelombang
yang dipresentasikan Christiaan Huygens pada tahun
1690 yang kemudian disebut prinsip
Huygens, dengan menambahkan parameter panjang
gelombang pada nisbah hukum
Snellius:
..of
all secondary waves (along all possible paths) the waves with the extrema
(stationary) paths contribute most due to constructive interference.
sebagai kecenderungan gelombang cahaya
untuk merambat melalui jarak tempuh yang stasioner yang membentuk sudut
tertentu terhadapat normal antarmuka dua medium.
Kecepatan dan waktu
Kecepatan
dalam mekanika klasik didefinisikan
sebagai pergeseran posisi dalam kurun waktu:
Jika pada diagram ditumpangkan
sebuah lingkaran dengan jari-jari yang disebut kurun waktu
, dan menggabungkan dengan persamaan hukum
Snellius dengan hukum Newton sebagai berikut:
maka:
Persamaan ini mendefinisikan kecepatan
sebagai proyeksi berjalannya waktu terhadap rentang sudut pengamatan pengamatnya.
Sebagai contoh, sebuah kereta api yang berjalan pada kecepatan yang sama, jika
diamati dari jarak dekat akan terasa lebih cepat daripada jika diamati dari
kejauhan, karena sudut pandang pengamatan yang lebih kecil, pada kurun waktu
pengamatan yang sama.
Prinsip Fermat menyatakan bahwa
jarak tempuh refraksi
yang membias adalah jarak tempuh yang tersingkat bagi cahaya.
Pernyataan ini dari sudut pandang geometris adalah keliru sama sekali, karena
jarak tempuh yang tersingkat adalah sebuah garis lurus yang menghubungkan dua
buah titik pada satu bidang. Dilihat dari sudut pandang kenisbian, cahaya yang
membias merupakan arah rambat waktu yang melengkung akibat ketergantungan terhadap kecepatan.
Ini berarti bahwa waktu
ada karena adanya gerakan pada kecepatan tertentu.
Waktu masih
mempunyai proyeksi yang lain berupa kecepatan
pada sumbu normal yang lepas dari pengamatan, sehingga waktu
menurut prinsip Fermat adalah bilangan kompleks yang terdiri dari dua
unsur kecepatan,
yaitu kecepatan
kejadian yang diamati oleh pengamat dari kecepatan
tertentu.
Jarak tempuh dalam mekanika
klasik ditulis ulang berdasarkan sudut pengamatan menjadi:
Gaya dan massa
Pada hukum
Newton, gaya
ditentukan menurut persamaan:
Persamaan ini mengatakan bahwa gaya adalah
produk sebuah massa
yang mengalami percepatan, sesuai dengan hukum
Newton yang pertama, yang menyebutkan bahwa benda yang mempunyai massa akan
mempunyai kecepatan
yang konstan dan akan mengalami percepatan
pada saat dikenai gaya.
Dengan penggabungan dengan prinsip Fermat, diperoleh persamaan sebagai
berikut:
yang menjadi addendum hukum
Newton yang pertama dengan mengaitkan pengurangan massa dengan
penambahan kecepatan dan sebaliknya, sehingga terjadi relasi antara impulsi percepatan
dengan perubahan massa.
Sebagai contoh, dapat dilihat pada kejadian saat sebuah pesawat terbang atau
kapal laut yang membuang sebagian muatan untuk mempertahankan kecepatan.
Persamaan hukum
Newton kemudian ditulis ulang menjadi menurut prinsip Fermat:
Menurut persamaan tersebut, gaya
didefinisikan ulang sebagai bilangan kompleks produk dari sifat kebendaan suatu
materi dan sifat gelombang materi tersebut. Persamaan ini kemudian dikenal
dengan teori partikel
cahaya yang mendefinisikan massa dari gelombang cahaya.
Gaya adalah
penjumlahan produk dari massa yang mengalami percepatan
dan produk dari bertambahnya/berkurangnya sebagian dari massa akibat
percepatan
yang dialaminya.
CERMIN
CERMIN CEKUNG (KONVERGEN/POSITIF) CERMIN CEMBUNG (DIVERGEN/NEGATIF)
Rumus
yang berlaku untuk cermin cekung dan cermin cembung adalah
f
= R / 21/f = 1/s + 1/s'M = |y' / y | = |s' / s |
Dengan
:R = jari-jari kelengkungan
f
= fokus (jarak titik api)
M=
pembesaran bayanganBayangan yang terbentuk selalu maya, tegak dan diperkecil.
DUA
BUAH CERMIN ATAU DUA BUAH LENSA BERHADAPAN
Prinsip
dua cermin sama dengan dua lensa yaitu
bayangan
yang dihasilkan dari cermin 1merupakan benda untuk cermin 2
,
sehingga:
d
= s1' + s2Mtot = | (s1'/s1) x (s2'/s2) |
d
= jarak kedua cermin/lensas1' = jarak bayangan 1 ke cermin/lensa 1s2 = jarak
benda 2 ke cermin/lensa 2
Untuk
mendapatkan bayangan yang terbentuk pada cermin cekung/cembungdiperlukan
sinar-sinar istimewa, yaitu:
Sinar
datang sejajar sumbu utama, dipantulkan melalui/seolah-olah dari titik fokus.
Sinar
datang melalui/menuju titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
Sinar
datang melalui/menuju titik pusat kelengkungan dipantulkan melalui titik
pusat juga.
LENSA
digunakan untuk memfokuskan cahaya
matahari untuk menciptakan api. Lensa yang sering demikian kita kenal
awalnya disebut sebagai Kanta adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau
menyebarkan cahaya, umumnya terbuat dari kaca atau plastik yangdibentuk.
memiliki dua permukaan ( salah satu atau keduanya memiliki permukaan melengkung)
sehingga dapat membelokkan sinar yang melewatinya. lensa atau Kanta paling awal
tercatat di Yunani Kuno, sebuah kanta cembung
Ada 2 jenis lensa yaitu lensa
cembung dan lensa cekung.
Lensa cembung
Terdiri atas 3 macam bentuk yaitu lensa bikonveks (cembung rangkap), lensa plankonveks (cembung datar) dan lensa konkaf konveks (cembung cekung).
Lensa cembung disebut juga lensa positif. Lensa cembung memiliki sifat dapat mengumpulkan cahaya (konvergen).
Cirri-ciri lensa cembung yaitu
(1) bagian tengah lensa lebih tebal
dibandingkan bagian tepinya,
(2) bersifat mengumpulkan sinar,
(3) titik fokusnya bernilai positif.
Lensa cekung
Memiliki 3 macam bentuk yaitu lensa bikonkaf (cekung rangkap), lensa plankonfaf (cekung datar) dan lensa konveks konkaf (cekung cembung).Lensa cekung disebut juga lensa negatif. Lensa cekung memiliki sifat dapat menyebarkan cahaya (divergen).
Ciri-ciri lensa cekung adalah
(1) bagian tengah lensa lebih tipis
dibandingkan bagian tepinya,
(2) bersifat menyebarkan sinar,
(3) titik fokusnya bernilai negatif.
Berkas Sinar Istimewa
pada lensa cembung
(positif)dikenal tiga berkas sinar istimewa. tiga sinar istimewa tersebut
adalah:
- Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui
fokus utama.
- Sinar datang melalui fokus utama dibiaskan sejajar
sumbu utama.
- Sinar datang melalui pusat optik akan diteruskan tanpa
dibiaskan.
Pada lensa cekung
(negatif) juga dikenal tiga sinar istimewa, yakni :
- Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan
seolah-olah sinar bias itu berasal dari fokus utama F1.
- Sinar datang menuju fokus utama F2 akan dibiaskan
sejajar sumbu utama.
- Sinar datang melalui pusat optik akan diteruskan tanpa
dibiaskan .
Dalil Esbach
Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor
ruang untuk bayangan dibedakan. Nomor ruang untuk benda menggunakan angka
Romawi (I, II, III, dan IV), sedangkan untuk ruang bayangan menggunakan angka
Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar berikut ini:
·
s = Benda bertanda
positif/nyata (+) jika benda terletak di depan lensa.
·
s = Benda bertanda
negatif/maya (–) jika benda terletak di belakang lensa.
·
s' = Bayangan bertanda
positif/nyata (+) jika bayangan terletak di belakang lensa.
·
s' = Bayangan bertanda
negatif/maya (–) jika benda terletak di depan lensa
·
f = Jarak fokus bertanda
positif (+) untuk lensa positif (lensa cembung).
·
f = Jarak fokus bertanda
negatif (–) untuk lensa negatif (lensa cekung).
·
R = Jari-jari bertanda
positif (+) untuk permukaan lensa yang cembung.
·
R = Jari-jari bertanda
negatif (–) untuk permukaan lensa yang cekung.
·
R = Jari-jari tak
terhingga untuk permukaan lensa yang datar.
Melukis bayangan pada lensa cembung
Pembentukan bayangan pada lensa positif untuk benda yang
diletakkan antara F dan 2F (Ruang II).
Pembentukan bayangan oleh lensa positif untuk benda yang
diletakkan pada jarak lebih besar dari jarak antara pusat optik ke titik 2F
(Ruang III).
Pembentukan bayangan pada lensa positif bila benda diletakkan
antara pusat optik O dan fokus utama F (Ruang I).
Melukis bayangan pada
lensa cembung
Berbeda dengan lensa
cembung yang mempunyai sifat bayangan yang berbede2 untuk setiap
ruangnya...lensa cekung hanya mempuyai satu sifat bayangan seperti yang
terlukiskan di bawah ini :
sifat bayangan yang
terbentuk dari penggambaran lensa cembung (+) dan cekung (-) di atas sebagai
berikut :
Persamaan Lensa Tipis
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
n1 = indeks bias medium
sekeliling lensa
n2 = indeks bias lensa
R1 = jari-jari
kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari
kelengkungan permukaan kedua lensa
jari2 (R)(+) untuk lensa
cembung (konkaf) dan (-) untuk lensa cekung (konveks)
Jarak Fokus Lensa-lensa
Perbesaran Bayangan
Kekuatan Lensa (P)
Lensa Gabungan
Harus diingat bahwa
dalam menggunakan persamaan ini jenis lensa perlu diperhatikan. Untuk lensa
positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda plus, sedangkan untuk lensa
negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus.